Powered By Blogger

Senin, 06 Desember 2010

Segitiga Bermuda


haiii... tadii kita sudah bertemu dengan Vicky kan ??

yang membahas tentang Black hole..
sekarang kita akan membahas tentang Segitiga Bermuda.. :D
sedah pernah dengar bukann.. nah,, sekarang kita akan bahas lebih lanjutt,,
silahkann di baca,, :)


Keanggunan pulau Sagori, Kabaena, Sulawesi Tenggara, sering dinikmati oleh wisatawan mancanegara sebelum tragedi bom Oktober 2002 Bali. Misteri pulau, antara lain, sering terjadinya kapal karam .. Tidak heran banyak orang menyebutnya Segitiga Bermuda di Kabaena.
Pulau Sagori di Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana, itu merupakan karang atol berbentuk setengah lingkaran.Pulau ini tidak lebih dari tumpukan pasir putih dengan panjang sekitar 3.000 meter dan di tengah, yang paling lebar 200 meter.
wisatawan asing biasanya singgah di pulau dengan kapal pesiar setelah mengunjungi sejumlah obyek wisata di Kabupaten Buton dan Muna. Di Sagori mereka berjemur di pasir putih sambil menunggu bola memudar ketika matahari secara perlahan turun. Setelah menonton fenomena alam yang luar biasa mereka melanjutkan perjalanan.
sebenarnya lebih menarik jika dilihat dari pegunungan di Pulau Kabaena Sagori. Dari kejauhan itu Sagori menampilkan sapuan ketinggian empat warna, yakni biru tua sebagai garis terluar, biru muda, garis putih, kemudian hijau di tengah. Warna hijau berasal dari editorial pohon cemara yang melindungi pulau itu.
Jarak terpendek ke daratan Kabaena sekitar 2,5 mil. Namun, pengunjung biasanya bertolak dari Sikeli, kota pelabuhan Kabaena di Distrik Barat, dengan jarak sekitar empat mil atau sekitar 30 menit dengan perahu motor. Sagori merupakan wilayah Kelurahan Sikeli.
Kata "sagori" diduga diambil dari nama seorang gadis yang ditemukan warga Pongkalaero-sekarang sebuah desa di Kabaena pada saat air surut, tidak jauh dari pulau itu. Gadis itu mengatakan menghuni kima raksasa yang terjebak karena air surut.
Ketika ditemukan, gadis itu dalam keadaan lemah tak berdaya. Para pemburu hasil laut dan kemudian membawanya ke tumpukan pasir sebelum dibawa ke Mokole (raja) di lereng Gunung Sangia pm Tangkeno, puncak tertinggi (1.800 meter) di Kabaena.
Namun, setelah beberapa saat beristirahat di tumpukan pasir, gadis itu meninggal. Sebelum dia meninggal dia telah menyebutkan namanya, Sagori .. Sejak itu, warga bernama tumpukan pasir yang Sagori Island.
Kuburan kapal
Keindahan Sagori di atas permukaan kontras dengan kondisi alam dasar laut di sekitar pulau. Wilderness batuan yang berada di wilayah perairan pulau misteri yang membuat sulit untuk menyelamatkan para pelaut, bahkan tidak jarang bencana yang sangat menakutkan.
Sebagai pemimpin masyarakat mengungkapkan beberapa bunga Same (Bajo) di Kabaena, karang dan perairan Pulau Sagori hampir setiap dua tahun biaya kehidupan kapal menabrak karang dan pecah karena pengorbanan manusia yang membawa air pasang tersapu pantai pulau.
Musim liburan tahun lalu, misalnya, seorang siswa SMA Negeri 1 Kabaena mati tiba-tiba dilanda gelombang yang datang ketika ia bersama beberapa teman mandi-mandi di pantai. Sebelumnya, seorang ibu mengalami nasib yang sama ketika ia berada di mandi-mandi di sana.
Lebaran lalu, sebuah kapal kayu kandas kemudian tenggelam di perairan pulau itu saat kapal dalam perjalanan dari Sikeli menuju Jeneponto, Sulawesi Selatan. Tidak ada korban jiwa, namun kapal tidak dapat disimpan.
Dua tahun sebelum kecelakaan itu terjadi untuk kapal dalam perjalanan dari Bulukumba (Sulawesi Selatan) ke Maluku dengan muatan bahan makanan dan bahan bangunan.
"Makam" adalah termasuk rongsokan kapal layar VOC dan kapal diperkirakan berasal dari Cina pada kedalaman sekitar 13 meter pada saat air surut. Subair (57), Sagori mirip cerita seputar pulau Segitiga Bermuda (Bermuda Triangle) di Samudra Atlantik. Sagori juga menjadi kuburan bagi kapal-kapal berlayar di dekat pulau yang terletak 2,5 mil barat daya Pulau Kabaena itu.
Perairan Segitiga Bermuda terbentuk oleh garis (lurus) yang menghubungkan tiga titik imajiner, masing-masing di Pulau Bermuda, Miami (USA), dan Puerto Rico. Di wilayah perairan segitiga yang mengejutkan dunia selalu kehilangan denngan sejumlah kapal dengan penumpang dan awak tanpa jejak.Bahkan, pesawat juga sering kali menghilang secara misterius di atas perairan itu tanpa terdeteksi. Oleh karena itu, Segitiga Bermuda dikenal sebagai "Kuburan Atlantik."
Tragedi kapal VOC
Terjadi kecelakaan laut terbesar di Pulau Sagori tengah abad ke-17 yang menimpa lima kapal milik VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), perusahaan Belanda Royal perdagangan di Asia Timur yang beroperasi di Nusantara untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah. Kelima kapal itu bersamaan menabrak karang dalam konvoi perjalanan dari Batavia ke Ternate (Maluku Utara).
Sebaliknya informasi yang lengkap tentang peristiwa empat abad yang lalu disajikan Horst H. Liebner, pakar sejarah budaya dan maritim di Kelautan dan Perikanan Badan Riset Departemen Kelautan dan Perikanan, saat mengikuti Pernaskahan Nusantara IX Simposium Internasional di Bau-Bau, 5 - 8 Agustus 2005.
Menurut Liebner, peristiwa armada kelima terdampar di terumbu Pulau Sagori VOC pada 4 Maret 1650 sangat menarik untuk dipelajari secara lebih rinci. Namun, ia mengaku tidak punya waktu untuk membaca keseluruhan naskah catatan harian awak.
Kelima Belanda berlayar kapal yang Tijger, Bergen op Zoom (powered transportasi 300 ton), Luijpaert (320 ton), De Joffer (480 ton), dan Aechtekercke (100 ton). Data pengangkutan Tijger yang bertindak sebagai kapal komando tidak disebutkan oleh Liebner. Semua penumpang (581 orang) dapat diselamatkan. Mereka terdiri dari pelaut, tentara, dan pedagang.
Bencana begitu sengsara semua penumpang yang terancam kekurangan pasokan. "Kami berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kita masih bisa menyimpan sedikit nasi kering," kata Liebner mengutip jurnal yang ditulis oleh salah satu krunya.
Lokasi kecelakaan merupakan daerah asing bagi para pelaut Belanda dan kapal pesiar dunia umumnya pada saat itu.Pulau Kabaena yang terdekat dengan lokasi bencana, dalam laporan yang disebut Comboina Island.
Penduduk lokal yang datang ke situs pada dasarnya tidak berniat untuk membantu, tetapi menjarah jika tidak dicegah oleh awak. Warga yang digambarkan sebagai "orang hitam" didefinisikan sebagai etnis Sama Liebner (Bajo) yang mendiami pesisir Pulau Kabaena.
Hal ini dibenarkan tokoh Bajo H Djafar alias Nggora (80's)."Orang-orang datang untuk membantu, mengambil kain untuk bahan pakaian Bajo," katanya mengutip tradisi lisan seputar kecelakaan lima orang Bajo kapal-kapal VOC 400 tahun yang lalu.
Setelah seminggu hidup di pulau itu menjelang Sagori tanpa tanda-tanda penyelamatan yang mungkin, memimpin pelaut Belanda memutuskan mengirim sebuah sekoci ke Ambon untuk melaporkan kecelakaan itu kepada Laksamana de Vlamingh.
Mereka juga mencoba untuk membuat perahu sendiri menggunakan bahan dari kapal yang telah hancur.Merchandise penyelamatan awak dan 87 pucuk meriam.
Hasil Kapal tersebut kemudian diberi nama perakitan Trostenburg (benteng pelipur lara) diluncurkan pada awal Mei, hampir bersamaan kedatangan kapal bantuan pada 7 Mei 1650 yang dikirim atas perintah de Vlamingh.Kedatangan kapal bantuan itu sangat terlambat karena terhalang angin barat yang bertiup sangat kencang.
Tragedi segera berakhir ketika semua kru bersama-sama dan kargo meriam diangkut ke Batavia. kecelakaan masih terbaring di kedalaman sekitar lima meter di dasar laut Pulau Sagori. "Mesin dan pisau masih ada," kata Uja '.
 
Ini adalah beberapa foto yang mengenai segitiga bermuda..

Pengisi: Fahrissa Adya Hutami







Tidak ada komentar:

Posting Komentar