Powered By Blogger

Selasa, 11 Januari 2011

Khasiat tulang rawan hiu sebagai Obat Kanker Ajaib



Ikan hiu bermanfaat kulitnya untuk tas, dompet atau sepatu. Sirip hiu untuk sop (makanan wajib kalangan istana sejak dinasti Ching di Cina). Kini tulang rawan hiu (berupa serbuk, kapsul) dijadikan “obat” kanker dalam bentuk food supplement. Tulang rawan hiu bukan pengganti terapi kedokteran, tidak bertentangan dengan pengobatan biasa seperti kemoterapi tapi sebagai pelengkap terapi, bisa dipakai sejalan dengan pengobatan kedokteran. Tulang rawan hiu tidak beracun dan tidak memiliki efek samping sehingga aman dikonsumsi. Badan Pengatur Obat dan Makanan Amerika (FDA), sejak 1993, mengeluarkan izin khusus untuk pemakaian tulang rawan hiu sebagi penunjang pengobatan alternatif.
Hampir semua jenis ikan hiu tidak berpenyakit kanker. Hiu termasuk hewan bertulang belakang, namun seluruhnya justru terdiri dari tulang rawan (cartilage). Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan sejak lebih dari 30 tahun mendapati tulang rawan ikan hiu mempunyai sifat angiogenesis. Kebetulan, bagian tubuh makhluk hidup yang tak memiliki pembuluh darah adalah tulang rawan. Karena itu, tulang rawan diduga memiliki bahan penghambat angiogenesis. Pembentukan pembuluh darah baru pada tumor dapat dihambat tulang rawan neonatus (makhluk yang baru dilahirkan). Bahan ini dikenal sebagai mucopolysaccharides, thrombospondin, sangat berkhasiat menghambat dan mematikan tumor dan kanker, seperti kanker usus, kanker hati dan paru-paru, kanker payudara, kanker prostate dan kanker ovarium.
Tulang rawan hiu yang berupa serbuk tak berbeda dengan tepung, warnanya putih dan butirannya halus. Rasanya sedikit amis. Partikelnya berukuran sekitar 60 – 200 mesh, makin halus partikel serbuknya, makin baik karena makin mudah diserap usus halus. Tulang rawan hiu murni tidak menggumpal dan bila diberi larutan kalium iodida (KI) warnanya akan mengikuti warna coklat KI. Bila ditaburkan ke dalam air, serbuk ini akan mengendap.


Dalam tulang rawan hiu terkandung protein, kalsium, fosfor, karbohidrat, air, serat, lemak serta komponen alamiah lainnya sebagai nutrisi. Pada tulang rawan hiu tidak ditemukan unsur-unsur logam berat seperti seng, tembaga, merkury, nikel dan sejenisnya yang cenderung berbahaya bagi manusia. Lima jenis protein diduga memiliki kekuatan menaklukkan sel kanker. Di dalam tulang rawan juga terdapat stimulator pertumbuhan pembuluh darah. Tapi untunglah asam lambung manusia merusak stimulator maupun penghambat pertumbuhan pembuluh darah tersebut. Yang pasti, protein tersebut mesti diserap ke dalam tubuh sebelum dicerna. Sekali tercerna menjadi asam-asam amino, efektivitasnya menurun.
Pakar patologi anatomi menemukan bahwa tumor padat dalam masa hidupnya dilayani oleh banyak pembuluh darah. Tumor yang sedang tumbuh menarik pembuluh kapiler baru dari tubuh pengidap tumor (tumor angiogenesis). Tumor angiogenesis faktor (TAF), bisa merangsang pembentukan kapiler baru. Kapiler baru ini bergerak ke arah tumor. Bila segumpal sel ganas dialiri pembuluh darah, dia akan tumbuh tak terkendali. Bagi tumor atau kanker, keberadaan pembuluh darah sangat penting untuk mendapatkan makanan. Dengan dihambatnya pertumbuhan jaringan pemasok makanan, tumor pun tak dapat tumbuh, tanpa adanya pembentukan pembuluh darah, tumor padat dihambat pertumbuhannya. Tumor yang masih ada kemudian mengkerut atau mati karena pembuluh darah mereka rusak dan tak tergantikan. Dibandingkan dengan pembuluh darah normal yang kuat dan bisa bertahan bertahun-tahun, pembuluh darah tumor tergolong rentan sehingga mudah dirusak. Di dalam tubuh, protein dari tulang rawan hiu menghambat pertumbuhan kapiler darah baru yang tidak normal.
Karena sifatnya yang menghambat pertumbuhan pembuluh darah abnormal, wanita hamil, anak di bawah usia 12 tahun, mereka yang habis menjalani operasi, dan yang baru saja mendapat serangan jantung, disarankan tidak mengkonsumsi tulang rawan hiu. Dikhawatirkan, pembuluh darah normal ikut terserang. Padahal, pertumbuhan pembuluh darah mereka masih diperlukan untuk perkembangan janin, pertumbuhan dan perkembangan otak, serta penyembuhan luka.
Cara mengkonsumsinya dapat melalui mulut (oral) atau dubur, melalui dubur terbukti memberikan hasil lebih baik. Dalam penelitian juga pernah dicobakan melalui vagina.
Melalui mulut pemberiannya berupa serbuk, kapsul, kaplet atau ekstrak. 30 – 60 gram tulang rawan hiu setiap hari secara oral. Diminum ketika perut dalam keadaan kosong, umpamanya 30 menit sebelum makan agar serbuk dapat langsung masuk ke dalam usus kecil dan penyerapannya optimal. Sebagai pengiringnya bisa berupa air, air jeruk, jus buah atau jus sayur. Pencampuran tersebut dianjurkan segera sebelum diminum agar tidak bereaksi yang berakibat menurunnya khasiat.
Melalui dubur, serbuk diberi cairan, dimasukkan ke dalam dubur, dan ditahan sekitar 25 menit untuk diserap usus besar. Untuk meningkatkan penyerapannya, sebaiknya sebelum pemasukan serbuk dilakukan pembersihan permukaan usus besar dari sisa-sisa faeses dengan menggunakan bahan peluntur.
Sulit mengetahui sampai berapa lama seseorang bisa sembuh dari kanker setelah mengkonsumsi sebagai pendamping obat-obatan medis. Bisa jadi kanker itu telah memiliki anak sebar. Setelah kanker induknya diredam, bisa saja beberapa tahun berikutnya kanker muncul di tempat lain. Supaya anak sebar tidak “bangkit dari kubur” sebaiknya tulang rawan hiu dimakan terus sehingga bisa menghambat tumbuhnya anak sebar setelah sel tumor induk diangkat.






Pengisi : Ari Riansyah..................................... !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar